Jejak Sadio Mane dan Boas Solossa di Dunia Sepak Bola



Oleh: Stefanus Pigai
 

Deiyai, Kaganepai -- Sadio Mane adalah pemain sepak bola profesional asal Senegal yang bermain sebagai gelandang sayap di klub liga profesional Saudi Al Nasar FC dan tim nasional Senegal. Mane memulai karier juniornya di Metz kemudian memulai karier seniornya di klub tersebut pada tahun 2011.
 
"Sempat bergabung dengan Red Bull Salzburg sebelum pada tahun 2014 pindah ke Southampton. Pada tahun 2017, ia pindah ke Liverpool dan menjadikannya pemain Afrika termahal saat itu sebelum dipecahkan Mohamed Salah pada musim berikutnya. Bersama Liverpool, Sadio membawa Liverpool menjuarai Liga Champions pada tahun 2019 dan menjadi pemain Senegal pertama yang memenangkan kejuaraan tertinggi di Eropa." Wikipedia.org
 
Seorang yang berkulit hitam ini mengharumkan klubnya melalui skil yang ia miliki, penggemar Mane hingga di pelosok bukan karena apa yang ia miliki tetapi tentu nilai-nilai positif yang Sadio Mane bangun dari dunia sepak bola.
 
Dimana keluang rakyat di sana yang ia menutupi, diantaranya adalah; membangun mesjid, membangun sekolah, membangun rumah sakit, membangun jaringan internet 4G, membangun stadion sepak bola berstandar FIFA, memberikan bantuan berupa uang tunai perkeluarga, membagikan bahan makanan sewaktu liburan ramadhan, dan bagi-bagi leptop untuk anak sekolah di desanya.
 
Pemain bola asal Senegal ini memiliki jiwa berprofesional saat bermain bola pun dan berjiwa membangun, membangun dari ketertinggalan dan kemiskinan untuk menutupi kebutuhan rakyatnya. Sadio Mane menyejarahkan sepanjang hidup bersama rakyat di desa, di dunia, banyak pemain-pemain bola yang disebut pemain bintang, seperti; Neymar, Ronaldo, Messi, Mbappe, tetapi mereka tidak pernah melihat keluang rakyat di kampungnya.
 
"Untuk apa memperkayakan diriku, sedangkan rakyatku masih di bawa garis kemiskinan." Ini kata yang pernah Sadio Mane ungkapkan ketika wartawan mewawancarai dia. Saat itu juga, Mane memegang hp yang retak di layar hp Sadio ini pun menjadi viral di media sosial.
 
Mane adalah pemain bola andalan yang berhati rakyat dan berjiwa membangun di segalah bidang, beberapa hari belakangan, ia juga meresmikan stadion sepak bola berstandar Internasional hasil kerja kerasnya. Ini menjadi kenangan terakhir hingga saat ini dan akan berupaya melihat kerinduan rakyat di desanya.
 
Ini terobosan baru di dunia sepak bola, di Indonesia, seperti seorang bintang Senegal yang meraih kesuksesan pada kanca Internasional ini bisa menyamakan Boas Solossa karena kemiripan dalam otak atik skilnya, seperti mengulas tentang karil Boas Solossa di beberapa klub sepak bola Indonesia berikut ini.
 
* Mengapa Boas Solossa Menyamakan Sadio Mane?
 
Sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Sadio Mene, penulis mengamati juga pesepak bola Indonesia asal Papua Boaz Theofilus Solossa atau lebih dikenal dengan nama Boas Solossa pun pemain sepak bola andalan di Indonesia berasal Papua, hingga saat ini Boas bermain di klub Persewar Waropen. Boas Solossa merupakan salah satu ikon sepak bola Indonesia, pemain kelahiran 38 ini dilahirkan dari Sorong, 16 Maret 1986.
 
Bernama Boci ini satu dari sekian banyak talenta hebat pesepak bola Indonesia asal Papua. Pada usia muda, pemilik nomor punggung 86 itu sudah bisa mencuri perhatian pecinta sepak bola tanah air melalui skil dan kemampuan olah bola yang ia milikinya.
 
Hingga kini berusia 38 Tahun, "segudang prestasi sudah dicatatkan oleh Boci, iapun sukses membawa Persipura Jayapura empat kali menjuarai Liga Indonesia. Pemain kehahusan gol ini berhasil meraih gelar topscor Indonesia pada Super League (ISL) tiga kali." Kompas.com
 
Bintang Persipura Jayapura ini masih mampu memperkuat beberapa klub, seperti Borneo FC, Persewar Waropen, dan klub lainnya di Indonesia. Ini menandakan bahwa ia mampu membangkitkan skil yang dimilikinya. Selain Boas Solossa, banyak pemain bola andalan yang diandalkan orang Papua itu sendiri hingga orang Papua katakan di pulau Papua itu gudangnya pesepak bola.
 
Melihat kembali tim-tim lokal sampai dengan tim nasional yang telah mencapai liga 3, liga 2, dan liga 1 yang ada di Indonesia, pasti saja dalam timnya diwakilkan orang asli Papua. Ini tandanya bahwa dalam bursa grafik keolahragaan Indonesia, pemain-pemain asal Papua sudah melunjuki tinggi. Salah satu bukti yang Boas Solossa dan setimnnya membuktikan hingga Persipura Jayapura meraih bintang empat.
 
Nah sekarang, tim PSBS Biak memasuki liga satu Indonesia mewakili pulau Papua. Sebelumnya, target utama orang asli Papua adalah kedua tim Persewar Waropen dan PSBS Biak salah satu tim harus masuk liga 1. Ini kerinduan besar orang Papua hingga PSBS Biak berhasil mempromosihkan liga 1.
 
Berdasarkan itu, kita melihat negara-negara yang maju di bidang olahraga, seperti; Brazil, Argentina, Francis, Jerman, Belanda, Inggris, Senegal, dan negara lain yang keolahragaannya maju tentu pemain lokal tidak menyusahkan dalam meraih kesuksesan talenta yang dimilikinya. Seperti biasanya pemerintah Brazil menghasilkan puluhan atau ratusan pemain-pemain andalan di tim-tim lokal untuk menggantikan posisi main di tim Brazil.
 
Kenyataannya, kedua legenda pesepak bola asal Senegal dan asal Papua ini telah mencapai ke titik kesuksesan. Nah sekarang, bagaimana dengan anak-anak mudah Papua lain yang mempunyai talenta yang dimilikinya, karena di Papua, bisa dibilang gudangnya pesepak bola, seperti penulis menyudulkan (saat ini Papua membutuhkan jejak Sadio Mane dan Boas Solossa) berikut ini.
 
* Saat Ini Papua Membutuhkan Jejak Sadio Mane dan Boas Solossa
 
Pulau Papua mempunyai tujuh wilayah adat diantaranya; Meepago, Lapago, Domberai, Bomberai, Saireri, Hanim, serta Mamta. Ketujuh wilayah itu perluh kalaborasi pemain-pemain lokal yang tersebar di wilayah Papua seluruhnya untuk memajuhkan pesepak bola di tanah Papua, karena sejauh ini banyak anak-anak muda Papua memiliki talenta yang luar biasa.
 
Seperti yang diulas tadi bahwa negara-negara yang bidang keolahragaannya maju, seperti; Brazil, Argentina, Francis, Jerman, Belanda, Inggris, Senegal, dan negara lain yang keolahragaannya maju tentu mereka membentuk lebih dari dua tim yang berbeda, contohnya Brazil A, Brazil B, dan seterusnya. Berdasarkan itulah perluh bangun sekolah bola seluruh tujuh wilayah adat Papua, karena ini salah satu jalan pendidikan non formal yang anak-anak Papua harus tempuh seperti negara-negara lain yang lebih duluan maju.
 
Jaman dulu, bisa terhitung dengan jari mewakili Papua yang bermain di liga Indonesia seperti mereka yang sudah mendahului; Roni Wabia, Saul Sibi, Fredrik Sibi, Onni Mayor, dan beberapa pemain lainnya. Mereka itulah lebih dulu mengenal sepak bola di tanah Papua.
 
Nah, kita melihat kembali realita perkembangan jaman ke jaman, hingga kini wilayah Papua pun bisa disamakan dengan negara lain yang sudah memajukan bidang olahraganya. Ini perluh cermati secara bijak oleh semua pihak untuk memajukan kenasipan bagi mereka yang mempunyai talenta sepak bola.
 
Selain itu, penulis apresiasi pulah Alm. Lukas Enembe, S.IP dimana ia mendirikan sebuah stadion bertaraf Internasional yang dibangun di ibu kota provinsi sejak beliau menjabat sebagai gubernur provinsi Papua, itukan bukan untuk kepentingan negara atau daerah lain tetapi kepentingan bersama bagi anak-anak muda Papua yang lebih fokus untuk mengembangkan skil, itu salah satu dari beberapa sarana dan prasarana yang dibutuhkan Papua saat ini.
 
Pengalaman Sadio Mane sebelumnya, melatih diri dari lapangan yang tidak layak untuk dilatih hanya karena Mane mengutamakan kemauan tinggi untuk kembangkan skil yang ia miliki hingga disebut salah satu dari sekian banyak pemain termahal di sana.
 
Kalau di Papua, nama stadion yang dibangun ibu kota Provinsi Papua beberapa tahun lalu saja menjadi sorotan publik untuk untuk menamai nama stadion, banyak orang yang berkomentar berikan nama stadion Boas Solossa karena selama ini orang asli Papua menilai seorang Boci adalah Legenda Persipura Jayapura yang patut menghargai. Seperti yang Sadio Mane bangun stadion bertaraf FIFA di kampungnya yang diberi nama stadion Sadio Mane.
 
Selain itu, menjadi pertanyaan juga bahwa anak-anak mudah Papua mencintai skil atau tidak? Biasanya ketertinggalan hanya karena berpengaruh pada hal-hal yang tidak menguntungkan baginya. Ataukah, kurangnya perhatian oleh pemerintah setempat? ini menjadi soal yang harus dijawab oleh anak-anak mudah Papua serta pemerintah daerah.
 
Berdasarkan skil serta kebaikan hidup yang dimiliki kedua legenda pesepak bola asal Senegal dan asal Papua, penulis menyimpulkan bahwa;
1. Saat ini di pulau Papua membutuhkan jejak Sadio Mane dan Boas Solossa sebagai legenda hidup pesepak bola.
2. Papua membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung untuk anak-anak mudah Papua berkarir, seperti salah satunya adalah stadion sepak bola bertaraf Internasional yang dibangun di ibu kota Jayapura oleh Alm. Lukas Enembe, S.IP.
3. Pentingnya tujuh wilayah adat Papua bangun sekolah bola untuk mencetakkan bibit-bibit lokal yang nantinya akan mengikuti jejak Sadio Mane dan Boas Solossa.
 
 
Editor: Admin Kaganepai
 

Tidak ada komentar