Dampak dari Kehidupan Anak-Anak Terlantar

Ilustrasi Anak Terlantar dan Kaleng Aibon.

 
Oleh: (Stefanus Pigai*)
 

Nabire, Kaganepai.com -- Perbedaan pengucapan kata aibon atau lem aibon, berikut penulis membedakan makna dari ke dua kata aibon dan lem aibon, yang pertama; aibon adalah lem yang telah terisih di dalam kaleng, artinya cairan perekat berwarna kuning. Kedua, lem aibon pun identik sama, lem yang terisih di dalam kaleng, yang artinya alat perekat multi guna yang terbuat dari karet sintesis dan pelarut organik. Ternyata ke dua makna ini artinya sama, sekarang melihat kenyataan pengucapan kata kepada pengaibon, biasanya mereka yang menyukai menghirup aroma lem aibon itu menamakan (aibon).

Paradigma ini salah kapra dalam ucapannya kepada seorang yang selalu berintegrasih dengan aroma lem. Karena lem fox ini telah dikenal masyarakat luas, jangankan orang yang bermukim di pelosok-pelosok terpencil pun lebih dulu mengenalnya ketika PT. Aica Indonesia memproduksi dan menginpor ke wilayah Papua khususnya di daerah Nabire. Penyebaran bahan kalengan inilah kehidupan manusia di masa kini menjadi sebuah pembincangan sosial, daripada sebelum hadirnya PT. Aica Indonesia di masa lampau yang hidupnya lebih teraman.

Seperti yang diulas di atas, apakah manusia bisa dilabeli aibon, penulis berpikir tidak, sebab seluruh makluk yang hidup di dunia adalah keunikan yang cukup luar biasa. Maka dari itu, perbedaan-perbedaan seperti inilah menjadi suatu tolak ukur bagi pengucapannya, karena apa yang diucapkan bukan menunjukkan kepada bahan-bahan produksi tetapi menunjukki pada manusia. Inikan ketika diklasifikasikan dalam arti luasan, problem utamanya mereka yang berjuang untuk memiliki kepentingan individu atau kepentingan kelompoknya. Seperti anak-anak terlantar yang selalu menemukan ruang dan waktu untuk memiliki kebutuhan sesaatnya.

Pandangan lain yang lebih komprehensif mendefinisikan anak jalanan sebagai anak-anak yang merasa rumah mereka tidak cukup nyaman untuk ber rumah sehingga mereka lebih memilih untuk keluar ke jalanan. Ketidaknyamaan itu dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti; pertengkaran rumah tangga oleh orang tua, kondisi ekonomi yang tidak memadai, berpengaruh dengan lingkungan, dan lain sebagainya, sehingga di jalanan mereka menemukan kebebasan dan ruang untuk ber ekpresi.

I.    Dampak Positif Anak-Anak Terlantar

Dampak positif bagi mereka yang menyukai menghirup aroma aibon atau biasanya disebut pengaibon, mereka selalu merapihkan tata kehidupan seutuhnya. Kita bisa pandang dari kebiasaannya, seperti contoh sederhananya; sepiring nasi makan bersama (berbagi), segelas kopi minum bersama (satu rasa semua rasa), sebatang rokok menghisap bersama (join). Kalimat bersama ini memaknai dalam sepanjang jalan hidup, Tuhan berikan hikmat kepada mereka adalah luar biasa. Sebab, dari berbeda pandangan atau berbeda pendapat menjadikan satu untuk menikmati bersama.

Konteks ini ketika menggali ke dalam, ceritanya panjang dan pula dalamnya cerita-cerita unik dan menarik. Nah, begini ceritanya; yang dimaksud cerita unik, salah satunya momotret hasil kebersamaan menjadi dokumen hidup, seperti makan bersama apa adanya bukan karena ada apanya, minum bersama biarpun tidak mencukupi berbagi di tengah banyak orang. Merokok bersama walaupun rokok yang dimilikinya terbatas.

Jangankan barang berharga pun menjadikan barang umum artinya gunakan bersama. Itulah mereka menemukan jati diri mereka dari hal-hal kesederhanaan menjadi hal yang luar biasa. Melihat kenyataan di jaman ini, biasanya ada orang yang menilai dari sisi kenegatifannya, karena kebiasaan mereka adalah merugikan tubuh jasmani dan tubuh rohani. Soh, jangan menilai dari sisi negatifnya, di sisi lain tentu mereka memahami arti kehidupan yang sebenarnya.

Selain kebersamaan, etika sopan-santun pun telah terbiasa dalam diri mereka. Ketika berhadapan dengan sesama kerabat atau lebih tua darinya, mereka lebih mengutamakan kata menghargai dan menghormati. Mengapa selalu mengutamakan kata menghargai dan menghormati? Menghargai dan menghormati bukan karena ada apanya tetapi apa adanya, budaya ini telah tumbuh subur di benak anak-anak terlantar atau biasanya disebut mereka yang suka menghirup aroma lem aibon. Inilah kebiasaan-kebiasaan sederhana yang dilakukan anak-anak terlantar.

II.    Dampak Negatif Anak-Anak Terlantar

Dampak negatif anak-anak jalanan yang biasanya dinilai tidak ada keuntungan bagi penggemar menghirup aroma lem aibon, minum minuman beralkohol, mencuri barang milik orang lain, mengganti-gantikan pasangan (seks bebas) dan kebiasaan-kebiasaan lain yang merugikan tubuh jasmani dan tubuh rohani lainnya. Kenakalan di usia keremajaan itukan kebiasaan keterburukan yang memiarai secara sengajah hingga berujung perlahan terbiasa.

Mengapa menghirup aroma aibon, minum minuman beralkohol, mencuri barang milik orang lain, mengganti-gantikan pasangan (seks bebas)? Tentunya pemikiran mereka yang dipikirkan dari sebelumnya ada, mungkin saja, ingin berpendidikan tetapi dibatasih oleh sikon, tempat tinggalnya kurang memadai, anak yatim piatu, ekonomi orang tuanya lemah untuk membiayai anaknya, dan kendalah-kendalah lain membuat mereka menemukan ruang untuk ber ekpresi.

Selain kebiasaan yang diulas di atas, salah satu dari sekian banyak memunculkan atau mendatangkan hal-hal yang merugikan tatanan kehidupan manusia di masa usia keremajaan adalah etika berpakaian. Melihat realita di jaman ini, banyak kaum wanita dan pria berbondong menampilkan gayanya masing-masing untuk mencari perhatian, itu hak seseorang, tetapi ketika hati bersuara mendaki sisi kenegatifan tentu muncullah pemikiran negatif.

Jaman dulu lebih sopan etika berpakaian, tetapi di jaman sekarang, etika berpakaian tidak sama seperti jaman dulu (berbeda). Ini musti tidak terbawa arus masa ke masa, etika berpakaian pun telah dituliskan di dalam Firman Allah. Pergi ke gereja beribadah tanpa kesadaran, tetapi, etika berpakaian tidak sesuai Firman Tuhan, (sama saja) menunjukkan diri lebih hebat dari yang lain.

Disela serba ikut-ikutan ini, perlu mengutip jejak dulu puluhan tahun 1960-1961-an. Mereka menggunakan pakaiannya sederhana dan rapih, hidup santai dengan apa yang dimiliki dalam keluarganya. Persoalan ini menjadi soal utama yang tentunya menjawab secara moral dalam dinamika berkehidupan sosial jaman ke jaman, karena penyebaran pakaian bermodel di perkotaan menaiki perlahan hingga menyebar ke pelosok-pelosok terpencil.

Perbedaan aibon dan lem aibon serta dampak dari kehidupan anak-anak terlantar atau mereka yang biasanya disebut sebagai pengaibon, penulis menyimpulkan diantaranya adalah;

  1. Tidaklah semua anak-anak mudah melakukan hal-hal yang tidak menguntungkan pada mereka, tetapi juga dampak-dampak positif yang telah terbiasa pada para pengaibon perlu dikutip dan menjadi landasan utama untuk menjalani kehidupan seutuhnya.
  2. Kaitannya dengan berita yang diberitakan media tabloidjubi.com terkait https://jubi.co.id/merehabilitasi-anak-anak-aibon-di-merauke-1/, ini menarik, karena dinilai bukan bermanfaat bagi penghirup aroma lem. Selain daerah Merauke, di Nabire juga Amos Yeninar membina anak-anak terlantar di bawa payung Yayasan Siloam Papua. Untuk menyelamatkan generasih emas masa depan, bersama-sama mendukung program pembrantasan penyakit sosial yang sedang meningkat di kalangan anak-anak mudah di daerah Nabire.

 

Editor: Admin Kaganepai

1 komentar: