Menapaki Historis Misionaris di Papua
Ketika Menyambut Kedatangan Vari Edmond di Mimika |
Oleh: Fransiskus IGN Bobii*)
1. Injil Yesus Masuk di Pulau Papua
Pada tanggal 05 Februari 1855, datanglah Ottow dan Geisser sebagai pembawa Injil Kristus oleh utusan gereja protestan (zendeling) di pulau Mansinam "teluk Doreri," berhadapan dengan Manokwari kota. Tanggal ini, dianggap sebagai peristiwa awal kedatangan Injil di Papua.
Kemudian pada tahun 1892, Pater Cornelis Lecoq d, Armanville, SJ mendarat di kampung Sekru dekat Fak-Fak. Kedatangan misionaris ini, sering dianggap sebagai awal misi Katholik di tanah Papua, tetapi, misionaris ini meninggal dalam kecelakaan di pantai Mimika. Kemudian di bagian selatan, para misionaris MSC memulai masuk dari langgur Kei dan mendirikan pos pertama di Merauke tahun 1905. Sedangkan di bagian utara Papua, para misionaris OFM mengunjungi umat kecil dan mulai berkarya dari Ternate, ini orang pertama dibaptis tahun 1920.
Dalam catatan sejarah sebutkan bahwa, Paus Gregorius XVI telah mengeluarkan dekrit Ex Debito Posto laris pada tanggal 19 Juli 1844 untuk membentuk duavikariat, yaitu; Melanesia dan Mikronesia yang berwilayah 125 KM persegi 160 KM persegi meliputi, Nona Guinea, Pulau Papua, dan pulau-pulau sekitarnya.
Pada Tahun 1891, dikeluarkan oleh pemerintah Batavia/Jakarta guna menawarkan Injil di tanah Papua. Ternyata, Nederlands Nieuw Guinea berada di bawa kuasa Uskup Jakarta, yang punya wewenang atas segalah kepulauan di Indonesia. Dimana saat itu di bawa kekuasaan Pemerintah India Belanda, pada Tahun 1892 Indonesia Timur di pisahkan dari Vikariat Jakarta dengan nama Prefektur Apostolik Nederlands Nieuw Guinea yang berpusat di langgur pulau Kei kecil.
Tahun 1895 sudah mengunjungi kunjungi di pantai baratoleh Pater Lecoq d Armanville, SJ mendarat di Fak-Fak. Tahun berikutnya, Pater ini mengikuti perahu-perahu pedagang orang Islam, karena saat itu tidak ada umat Katholik yang mengantar dan menunjuk jalan. Berlayar hingga dekat laut Mimika dia meninggal dunia, bagaimana cara dan apa sebabnya meninggal dunia, belum diketahui.
Mengingat luas wilayah yang tak terjangkau, maka, pada Tahun 1902 wilayah Gereja Maluku-Papua dipisahkan dari Vikarias Jakarta dan diserahkan kepada tarekat MSC. Maka pada tanggal 14 Agustus 1905 tarekat MSC menetap di Merauke, para misionaris yang tiba pada Tahun 1905 ialah; Pater H. Nellen, Pater Ph. B Taun MSC, Bruder. Oomen MSC, dan Bruder. Van Roesel, MSC.
Selama 20 Tahun telah di wartakan, namun, masih ada hambatan-hambatan, seperti; Adat penduduk aslinya yang dalamnya terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan pekabaran Injil Yesus Kristus, komunikasih yang menyulitkan karena banyak bahasa daerah dan banyak suku pulah, seperti; suku "Marind-Amin, Yahrai, Mandobo, Muyu, Auyu, Kimaan, Wiagar, serta Asmat," kondisi alam setempat dan pulah komunikasih yang sulit.
Hambatan lain ialah, wabah penyakit Spanyol Flu, penyakit ini membawa banyak orang mati. Jumlah penduduk waktu itu sekitar 30.000 turun menjadi 8.000 orang saja, penyakit ini terjadi Tahun 1918 Pastor Tenten, MSC diusulkan kepada pemerintah untuk mendirikan 12 Desa Sentral Lisam menjadi Desa teladan dengan mendirikan sekolah-sekolah sesudah wabah tersebut berakhir.
Pendekatan yang dilakukan ialah mendirikan desa dan sekolah supaya melalui pendidikan diharapkan membina masyarakat dan belajar beragama secara lebih efisien, pembukaan desa dan sekolah daerah pedalaman wilayah selatan antara lain:
= Pembukaan daerah pedalaman dilakukan oleh Peremisionaris
= Pantai Selatan, Pater Vertenten. Pulau Kimaan P.W. Tillemans
= Daerah Muyu, Pater Horboer. Daerah Mapi, Pater C.Meuwese
= Daerah Ayu, Pater A. Vikariens. Daerah Asmat, PIG. Zegwaard
Kemudian Boven Digoel dan Muyu Tahun 1927, selanjutnya bulan Mei 1936 Pater Rievers dan Pater Gren meninjau daerah Mapi. Sesudah perang dunia wilayah II yaitu, Kepi dan Badei 1950 hingga Pater Tillemans menetap di Tanah Merah Tahun 1952. Pantas disebut bahwa, perjuangan gigi dari para pakar yang mempelajari di bidang adat istiadat orang Papua yang berjasa dalam gereja. Khususnya, dalam perkembangan gereja Katholik Keuskupan Merauke, yakni; J. Sneekes di Muyu, Pater Boelars untuk Yahrai, Pater A. Varhage untuk Kimaam, Pater J. Verscheeren untuk Marind, Pater A. Vriens untuk Auyu, Pater P. Drabe, seorang ahli bahasa yang menyusun buku tata bahasa serta membuat doa harian katekis mus dan ceritera Injil menggunakan bahasa setempat.
Pada Tahun 1912 pemerintah Indonesia membuat garis pemisah wilayah kerja kristen Katholik untuk bagian selatan Papua kristen Protestan untuk wilayah bagian utara Papua. Tetapi, Tahun 1929 pemerintah Indonesia mencabut garis pemisah wilayah kerja gerejani. Akibat cabutnya garis pemisah itu, gereja kristen bergiat di daerah Mimika dan daerah Merauke, terjadi secara terbuka.
Pada Tahun 1930 tepat perayaan 25 Tahun berdirinya gereja Katholik Merauke, tanggal 22 Mei 1942 peletakan batu pertama gereja Merauke dan pada saat itu, ada ancaman pemboman Jepang di hari Natal 1942. Tertanggal 24 Juni 1950 Merauke dipisahkan dari Amboina dan wilayah gerejani sendiri yaitu, Vikariat Apostik Merauke, Uskup pertama Mongsinyur Herman Tillemans, MSC.Tahun 1972 dilanjutkan oleh Uskup J. Duivenvorde sebagai Uskup Agung Wilayah Papua.
Pater, bruder dari tarekat MSC bekerja di wilayah ini dalam jumlah besar. Sampai tahun 1963 sejak Papua bergabung dengan Negara Republik Indonesia, propinsial MSC Belanda yang anggota-anggota yang bekerja di Meraukeini lama-kelamaan ganti menjadi provinsional Indonesia, dan tenaga-tenaga MSC mulai ganti dari luar, ada juga dari Papua sendiri. Para bruder menyumbangkan tenaganya di bidang pembangunan, yakni; membangun gereja-gereja, pastoran-pastoran, dan sekolah-sekolah, serta sarana pelayanan pastoran seperti, bengkel misi, bidang teknik, perbaikan motor, sepeda, kapal, mesin listrik, dan motor tempel.
2. Kongregasi Bunda Hati KudusPada tanggal 17 Oktober 1928 suster-suster BHK tiba di Merauke diantara; Sr. Kristina, Sr. Apriana, dan Sr. Xaveria. Tugas-tugas suster khususnya di bidang pendidikan kaum wanita, kesehatan dan pendidikan sekolah lanjutan. Mereka buka Voor School (VS) dan Veovolg school (VVS) serta ketrampilan putri.
Tarekat penolong Kristus kemudian digabung dengan PGHK, (pada tahun 1951, oleh Mgr. Herman Tillemans)
Tarekat lain, tarekat bruder bunda tujuh kedukaan: bergerak di bidang pendidikan, mendirikan sekolah teknik di merauke, juga VS, VVS, SMP, SPG, dan pada tahun 1959-1954. Tahun pendidikan 1964-1969 pendidikan kelanjutan oleh parah father bunda hati Kudus, kemudian para imam praja dan petugas gereja awam dari pendidikan teologi dari STFT melanjutkan dan mengisi karya kerasulan di keuskupan Agung Merauke.
Tahun 1921, mulai dengan pendidikan dan sekolah karena pendidikan merupakan faktor penentu perkembangan suatu peradaban. Ratusan guru-guru dari Kei dan Tanimbar di datangkan tahun 1966 pengolahan sekolah di tangan misi: seorang pastor menjadi ASB (Algemens School Beheerder) yang diperhatikan sekolah dan inspeksi secara teratur.
Mengingat berbagai macam kesulitan di masa perang, maka, misi mengalami kesulitan. Sehingga, di Papua misi mendirikan pendidikan guru OVVO dan ODO ternyata anak-anak bisa menjadi guru dan menjalankan pendidikan di sekolah-sekolah. Sesudah tahun 1963, pendidikan di Papua meyesuaikan dengan pendidikan di Indonesia, guru-guru Trikoradari Jawa, Flores dan Toraja didatangkan, pendidikan disesuaikan maka di Jayapura mendirikan yayasan pendidikan persekolahan katolik (YPPK) dan badan ini mengelolah pendidikan seluruh tanah Papua dan empat Keuskupan di Papua.
(Dibukukan; Fransiskus IGN. Bobii, Herman Tillemans Aweepito. Menapaki Historis Misionaris di Papua)
Post a Comment