Selamatkan Danau Tigi dari Serangan Limbah

 
Danau Tigi. (Google)

Oleh: Yan Ukago - Stefanus Pigai*)

Deiyai, Kaganepai.com - Danau Tigi merupakan sebuah danau yang berada di kabupaten Deiyai, terletak di kaki gunung Deiyai dan pada suhu ketinggiannya kurang lebih 1.700 meter di atas permukaan laut. Sehingga daerah sekitar danau Tigi beriklim pegunungan yang dingin. Danau ini memiliki kedalaman kurang lebih 50 meter dan terdapat sebuah pulau kecil bernama pulau Duamo. Danau Tigi berada dalam wilayah adat Meepago bersama dua danau lainnya, yakni; danau Paniai dan danau Tage, ketiga danau tersebut berada di bawa kaki gunung Deiyai.

Danau Tigi di kabupaten Deiyai adalah keunikannya luar biasa dibandingkan dengan beberapa danau yang ada di wilayah Meepago, seperti danau Paniai dan danau Tage. Danau Tigi ini bersifat tertutup (tigititaida) artinya dari udara melihat beberapa aliran air masuk ke danau tetapi tidak ada aliran keluarnya. Danau berbentuk jantung yang ada di kuali, air mengumpul di tengah dikelilingi bukit dan gunung. Satu-satunya air keluar melalui pengaliran bawa tanah, air danau sebelum masuk ke tanah, keluar melalui kali oneibo kemudian menghilang bawa tanah, di bawa kaki gunung bagian selatan.
 
Sedangkan air masuk ke danau Tigi melalui beberapa kali, yakni; kali Okomo, Itokaa, Aiyaa, Diyai, Yipai, Wakei, dan kali-kali lainnya. Hingga kini, ketika musim hujan air naik makin tinggi daripada yang pernah terjadi di masa lampau. Sebagian jalan dan kebun milik rakyat tenggelam, trasportasi darat macet, penen tanaman yang ditanamkan rakyat telah gagal. Jaman dulu, banjir danau Tigi tidak seperti sekarang yang dialami rakyat.
 
1. Tiga Permasalahan yang Perlu Mengatasinya
 
Pertama; menumpuknya sampah di danau setelah kehadiran kabupaten. Saat ini sampah dari Waghete ibu kota kabupaten Deiyai membuang ke kali Wakei dan mengalir ke danau Tigi. Sampah-sampah tersebut berupa plastik, botol, dan sampah lainnya ini akan masuk ke danau kemudian terbawa ke oulet, kali oneibo. Air danau Tigi keluar melalui celah-celah batu di bawah tanah sehingga diperkirakan sampah-sampah yang terhanyut di kali akan tertutup jalan keluar airnya.
 
Kedua; meningkatnya debit air masuk ke danau Tigi dibandingkan debit air yang keluar. Banyak hutan di pinggir keliling danau Tigi sudah ditebang. Lahan gersan, kayu-kayu ditebang untuk bangun rumah, ditebang untuk jadikan kayu bakar dan kebutuhan pagar rumah atau pagar kebun. Koefisien resapan meningkat dan 70% air hujan tidak meresap seperti jaman duluh tetapi mengalir ke danau dan air danau meluap.
 
Ketiga; terjadi pendangkalan danau Tigi, kedalaman danau Tigi di tengahnya sekitar kurang lebih 50 meter, belakangan terjadi pendangkalan dan kedalaman berkurang. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi pada tahun 2007 pernah melakukan pengukuran, hasilnya terjadi pendangkalan, kurang dari 50 Meter. Diperkirakan lumpur, supensi butiran-butiran tanah yang dibawa beberapa kali inlet yang disebutkan tadi mengendapkan di pinggiran danau Tigi. Air permukaan mengikis butiran tanah permukaan yang lahannya gersan dan bawah masuk ke danau, butiran-butiran ini akan berkumpul dan jadi lumpur sehingga masuk menjadi endapan di danau Tigi. Beberapa tahun mendatang, debit lumpurnya akan tambah padat sehingga danau Tigi perlahan mulai mengecil.
 
Oleh karena itu, danau Tigi perluh diselamatkan, seperti danau Tigi ini tidak bisa ciptakan oleh manusia, itu maha karya Allah (Pencipta). Pemerintah Daerah Deiyai tidak bisa tinggal diam  dan perluh melakukan beberapa program. Program yang harus dilakukan Pemerintah Daerah Deiyai, yaitu; 1. Membersihkan sampah-sampah di danau melalui program padat karya. 2. Menanam pohon atau (reboisasi) di sekitaran danau Tigi, tahun-tahun mendatang masyarakat akan sulit mencari kayu bakar karena kini di sekitar danau Tigi pepohonan telah habis, sehingga perluh ada persediaan sejak sekarang. 3. Pemerintah Daerah Deiyai berkordinasi dengan Pemerintah Provinsi Papua untuk merencanakan program sudetan melalui kali wakei yang pernah dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua pada tahun 2008 silam.

2. Harapan Masyarakat dan Perbedaan Ketiga Danau di Meepago
 
Pemerintah Daerah Deiyai program ini sangat penting untuk mengamankan Danau Tigi, sebagai tempat pencarian kebutuhan hidup masyarakat, sebab danau Tigi itu tertutup, tidak sama seperti danau Paniai yang memiliki kali yawei atau danau Tage yang dengan kali Dimiya bersifat aliran terbuka (Open Channel). Aliran air danau Paniai dan aliran air danau Tage mudah mengalir keluar melalui kali yawei. Yang dimaksud kali yawei itu salurannya terbuka dan deras, tidak sama seperti kali oneibo yang dipunyai danau Tigi. Kalau danau Tigi dan kali oneibo tidak dirawat baik dan debit aliran keluar berkurang, akan terjadi bencana banjir atau pendangkalan. Sampah-sampah pun bisa menjadi sumber penyerang bencana penyakit di seputaran danau Tigi.
 
Kita sedang ikuti perkembangan jaman saat ini, di dunia banyak danau yang sudah kering tidak bisa mengembalikan dan pulah banyak negara juga sedang menciptakan danau buatan berupa waduk untuk penyediakan air baku dan wisata. Berdasarkan perkembangan di negara-negara lain, marilah kita jaga bersama danau Wisel Meren yang indah ini. Kalau keindahan danau ini hilang karena  tercemar atau mengering, sangat sulit untuk mengembalikannya. Sebab keunikan yang luar biasa di daerah ini bukan sebatas menikmati atau membiarkan begitu saja tetapi menjaga dan merawat bagi anak cucu kita ke depan.

Mata pencarian bagi masyarakat yang naungi di pesisir danau Tigi adalah salah satunya di danau Tigi, sehingga diharapkan danau ini menjadi danau yang bersih dari limba. Perbedaan-perbedaan ketiga danau, seperti danau Tigi, danau Paniai, dan danau Tage adalah jalan keluar airnya berbeda yang diulaskan tadi. Berinteraksi masyarakat sekitar dengan danau juga menyajikan kesan tersendiri seperti para nelayang yang mencari ikan dengan menggunakan peralatan tradisional, seperti Ebai, Kalawai, Pancing, dan peralatan lainnya.
 
Budaya nelayang seperti ini hingga kini masih melekat pada para pelayang. Sekarang, melihat perkembangan danau yang kini menjadi sorotan berbagai pihak, ketika membiarkan, apa dampaknya yang hendak terjadi pada danau dan masyarakat di kemudian hari. Oleh sebab itulah menjadi bahan renunngan bersama, untuk menyelamatkan danau Tigi serta menjawab kerinduan yang dirindukan. Karena Danau Tigi ini berada di daerah suku Mee umumnya, khususnya terletak di bawa kaki gunung Deiyai.
 
Berdasar hasil ulasan diatas penulis menyimpulkan permasalahan danau Tigi yang kini menjadi perhatian bersama. Pertama, membersihkan sampah-sampah di seputaran danau Tigi serta sampah yang tersangkut di kali Wakei, Okomo, Itokaa, Aiyaa, Diyai, Yipai, dan kali-kali lainnya melalui program padat karya. Kedua, menanam pohon atau (reboisasi) sekitar danau Tigi, di tahun-tahun mendatang masyarakat akan sulit mencari kayu bakar karena di sekitar danau Tigi pepohonan telah habis, sehingga perluh persediaan sejak sekarang. Ketiga, Pemerintah Daerah Deiyai berkordinasi dengan Pemerintah Provinsi Papua untuk merencanakan program sudetan melalui kali Wakei yang pernah dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua pada tahun 2008 lalu. Keempat, Pemerintah Daerah Deiyai menggajikan petugas pembersihan jalan keluar air danau Tigi kali (Oneibo), karena pintu keluar airnya tidak sama dengan danau Paniai kali (Yawei) dan danau Tage kali (Dimiya) yang aliran airnya terbuka.


Editor: Admin Kaganepai

1 komentar: